Jumat, 09 April 2010


TUGAS
Non Akademis Teori Organisasi Umum


STRATEGI PEMASARAN
WARUNG PECEL LELE


























DI SUSUN OLEH :
Rahmaddy Sutopo
11108564
2KA21







SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2010


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Usaha kecil dan menengah mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, yang mana banyak perusahaan yang gulung tikar karena sudah tidak imbang antara pendapatan dengan biaya  operasional.
Sejalan dengan tutupnya perusahaan maka banyak pula karyawan yang di-PHK. Dengan bekal uang pesangon yang dimiliki oleh mereka, sebagai contoh  mereka berusaha untuk membuat usaha sendiri yang modalnya tidak terlalu besar yaitu warung tenda pecel lele. Dengan banyaknya warung tenda pecel lele maka timbul persaingan yang semakin ketat.

B. Tujuan
Di tengah ketatnya persaingan karena banyaknya warung tenda yang berdiri disepanjang pinggir jalan protokol, untuk menghadapi itu kita harus mempunyai trik-trik tertentu supaya bisa menghadapinya agar pelanggan warung tenda yang dimiliki tetap eksis, dengan cara memberikan nilai tambah yang ada ke sebanyak mungkin pembeli sehingga pembeli untung, penjual juga untung.



BAB II
PROSES MENARIK  PELANGGAN
A. Gambaran umum warung tenda pecel lele.
Pecel lele merupakan masakan asli Indonesia yang banyak digemari oleh semua kalangan dari kelas bawah bahkan sampai atas. Makanan ini murah meriah dan mudah didapat di pinggir jalan. Dalam proses pembentukan usaha ini pun tidak terlalu sulit karena dari sisi modal tidak terlalu banyak dibutuhkan, tidak memerlukan manajemen yang rumit. Yang diperlukan adalah keahlian memasak, keterampilan dalam penyajian, modal yang sedikit dan tempat yang mudah dijangkau oleh pembeli. Dalam penyajiannya di setiap warung tenda secara umum ada kesamaannya diantaranya:
1.            Ukuran dan jenis lele yang hampir sama. Tidak ada yang istimewa    antara satu Lele dengan Lele lainnya.,
2.            Warung tenda letaknya dipinggir jalan yang mudah dijangkau oleh pembeli. Walaupun ada warung yang letaknya strategis dan tempatnya bersih.
3.            Harga satu porsi berkisar Rp. 8.000 an, lengkap dengan nasi dan teh tawar hangat. Kalau cuma beda seribu sampai dua ribu rupiah rasanya tidak terlalu signifikan.


B. Strategi untuk meningkatkan pelanggan.
Banyak jenis usaha kecil yang berorientasi sempit misalnya yang penting bisa untuk membayar karyawan dan bisa untuk numpang makan pedagang, belum pernah berpikir bagaimana meningkatkan omzet penjualan, apalagi bermimpi besar. Karena orang mati tidak membawa hartanya, dan ada pula yang punya keyakinan: "miskin tidak apa-apa asal sehat, bahagia, dan masuk surga".  Yang lebih memilukan lagi, adalah punya keyakinan kaya miskin itu takdir dari Tuhan. Walaupun bekerja keras dengan cerdas, tapi kalau takdir saya miskin ya tetap miskin, sehingga tidak ada usaha untuk berpikir mengapa usaha tidak berkembang dan terjebak dengan rutinitas. Pagi ke pasar pulang persiapan buka warung, malamnya tutup warung, tidur, besok begitu lagi seterusnyadan juga tidak merasa harus mencapai tujuan yang lebih maju, yang penting cukup untuk membayar karyawan dan bisa numpang hidup.
Untuk merubah agar usaha yang dijalani menjadi sukses dan selalu berkembang maka harus mempunyai nilai tambah dan memberikan nilai tambah yang ada ke sebanyak mungkin pembeli. Sesering mungkin sehingga pembeli untung, penjual juga untung.
Strategi agar usaha warung tenda pecel lele bisa sukses adalah:
1.                   Pemilihan lokasi yang strategis yaitu ramai, bersih dan teratur dalam menyusun lay-out warung.
2.                   Pelayanan yang ramah dan penyajian yang lebih cepat dengan mempertimbangkan jumlah pelanggan dan jumlah pelayan.
3.                   Sering mengadakan promosi dengan tujuan agar orang yang belum kenal bisa mengenal dengan cara memberikan voucher diskon atau menambah menu makanan tanpa merubah harga.
4.                   Yang lebih penting dari warung tenda pecel lele adalah membuat sambal yang khas karena sambal akan menjadi ikon yang lebih melekat pada pelanggan dibandingkan dengan yang lainnya.
Kalau makan pecel lele tapi bumbu sambalnya tidak enak, maka tidak ada yang istimewa dari warung tersebut, inti pelajarannya adalah kalau kita menjual sebuah produk (baik barang maupun jasa) yang sangat general gampang diduplikat oleh kompetitor tidak mungkin bersaing dalam soal harga, lokasi juga kurang strategis kalo dibanding sama kompetitor. Maka jangan kalah dulu sebelum bertarung. Selalu ada celah untuk memenangkan hati pelanggan.
SAMBAL adalah diferensiasi yang ditawarkan si tukang pecel lele. SAMBAL memang bukan menu utama yang dijual, tapi tanpa SAMBAL maka menu utama akan berasa biasa biasa aja. SAMBAL mungkin cuma pelengkap yang tidak dipasang price tag alias tidak dijual dengan nilai rupiah. Tetapi SAMBAL tersebut bisa memberikan nilai yang lebih dari sekedar angka angka. Sambal tersebut berhasil menancapkan image warung pecel lele tadi yang di benak konsumen, dan akan membuka peluang untuk “repeat purchase”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Dengan memahami persoalan sistem pemasaran warung tenda pecel lele yang diuraikan diatas, maka bukan hal yang sulit bagi kita untuk mengembangkannya asal ada kemauan. Sehingga diharapkan muncul jenis usaha yang baru yang strategi pemasarannya menggunakan sistem yang sama yaitu berikan nilai lebih yang sebanyak-banyaknya agar pelanggan selalu kembali membeli produk kita.

TUGAS
Non Akademis Teori Organisasi Umum


STRATEGI PEMASARAN
WARUNG PECEL LELE


























DI SUSUN OLEH :
Rahmaddy Sutopo
11108564
2KA21







SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2010


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Usaha kecil dan menengah mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, yang mana banyak perusahaan yang gulung tikar karena sudah tidak imbang antara pendapatan dengan biaya  operasional.
Sejalan dengan tutupnya perusahaan maka banyak pula karyawan yang di-PHK. Dengan bekal uang pesangon yang dimiliki oleh mereka, sebagai contoh  mereka berusaha untuk membuat usaha sendiri yang modalnya tidak terlalu besar yaitu warung tenda pecel lele. Dengan banyaknya warung tenda pecel lele maka timbul persaingan yang semakin ketat.

B. Tujuan
Di tengah ketatnya persaingan karena banyaknya warung tenda yang berdiri disepanjang pinggir jalan protokol, untuk menghadapi itu kita harus mempunyai trik-trik tertentu supaya bisa menghadapinya agar pelanggan warung tenda yang dimiliki tetap eksis, dengan cara memberikan nilai tambah yang ada ke sebanyak mungkin pembeli sehingga pembeli untung, penjual juga untung.



BAB II
PROSES MENARIK  PELANGGAN
A. Gambaran umum warung tenda pecel lele.
Pecel lele merupakan masakan asli Indonesia yang banyak digemari oleh semua kalangan dari kelas bawah bahkan sampai atas. Makanan ini murah meriah dan mudah didapat di pinggir jalan. Dalam proses pembentukan usaha ini pun tidak terlalu sulit karena dari sisi modal tidak terlalu banyak dibutuhkan, tidak memerlukan manajemen yang rumit. Yang diperlukan adalah keahlian memasak, keterampilan dalam penyajian, modal yang sedikit dan tempat yang mudah dijangkau oleh pembeli. Dalam penyajiannya di setiap warung tenda secara umum ada kesamaannya diantaranya:
1.            Ukuran dan jenis lele yang hampir sama. Tidak ada yang istimewa    antara satu Lele dengan Lele lainnya.,
2.            Warung tenda letaknya dipinggir jalan yang mudah dijangkau oleh pembeli. Walaupun ada warung yang letaknya strategis dan tempatnya bersih.
3.            Harga satu porsi berkisar Rp. 8.000 an, lengkap dengan nasi dan teh tawar hangat. Kalau cuma beda seribu sampai dua ribu rupiah rasanya tidak terlalu signifikan.


B. Strategi untuk meningkatkan pelanggan.
Banyak jenis usaha kecil yang berorientasi sempit misalnya yang penting bisa untuk membayar karyawan dan bisa untuk numpang makan pedagang, belum pernah berpikir bagaimana meningkatkan omzet penjualan, apalagi bermimpi besar. Karena orang mati tidak membawa hartanya, dan ada pula yang punya keyakinan: "miskin tidak apa-apa asal sehat, bahagia, dan masuk surga".  Yang lebih memilukan lagi, adalah punya keyakinan kaya miskin itu takdir dari Tuhan. Walaupun bekerja keras dengan cerdas, tapi kalau takdir saya miskin ya tetap miskin, sehingga tidak ada usaha untuk berpikir mengapa usaha tidak berkembang dan terjebak dengan rutinitas. Pagi ke pasar pulang persiapan buka warung, malamnya tutup warung, tidur, besok begitu lagi seterusnyadan juga tidak merasa harus mencapai tujuan yang lebih maju, yang penting cukup untuk membayar karyawan dan bisa numpang hidup.
Untuk merubah agar usaha yang dijalani menjadi sukses dan selalu berkembang maka harus mempunyai nilai tambah dan memberikan nilai tambah yang ada ke sebanyak mungkin pembeli. Sesering mungkin sehingga pembeli untung, penjual juga untung.
Strategi agar usaha warung tenda pecel lele bisa sukses adalah:
1.                   Pemilihan lokasi yang strategis yaitu ramai, bersih dan teratur dalam menyusun lay-out warung.
2.                   Pelayanan yang ramah dan penyajian yang lebih cepat dengan mempertimbangkan jumlah pelanggan dan jumlah pelayan.
3.                   Sering mengadakan promosi dengan tujuan agar orang yang belum kenal bisa mengenal dengan cara memberikan voucher diskon atau menambah menu makanan tanpa merubah harga.
4.                   Yang lebih penting dari warung tenda pecel lele adalah membuat sambal yang khas karena sambal akan menjadi ikon yang lebih melekat pada pelanggan dibandingkan dengan yang lainnya.
Kalau makan pecel lele tapi bumbu sambalnya tidak enak, maka tidak ada yang istimewa dari warung tersebut, inti pelajarannya adalah kalau kita menjual sebuah produk (baik barang maupun jasa) yang sangat general gampang diduplikat oleh kompetitor tidak mungkin bersaing dalam soal harga, lokasi juga kurang strategis kalo dibanding sama kompetitor. Maka jangan kalah dulu sebelum bertarung. Selalu ada celah untuk memenangkan hati pelanggan.
SAMBAL adalah diferensiasi yang ditawarkan si tukang pecel lele. SAMBAL memang bukan menu utama yang dijual, tapi tanpa SAMBAL maka menu utama akan berasa biasa biasa aja. SAMBAL mungkin cuma pelengkap yang tidak dipasang price tag alias tidak dijual dengan nilai rupiah. Tetapi SAMBAL tersebut bisa memberikan nilai yang lebih dari sekedar angka angka. Sambal tersebut berhasil menancapkan image warung pecel lele tadi yang di benak konsumen, dan akan membuka peluang untuk “repeat purchase”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Dengan memahami persoalan sistem pemasaran warung tenda pecel lele yang diuraikan diatas, maka bukan hal yang sulit bagi kita untuk mengembangkannya asal ada kemauan. Sehingga diharapkan muncul jenis usaha yang baru yang strategi pemasarannya menggunakan sistem yang sama yaitu berikan nilai lebih yang sebanyak-banyaknya agar pelanggan selalu kembali membeli produk kita.
BAB V
PERILAKU KONSUMEN

5.1 Produsen dan Fungsi Produksi
5.1.1 Skema Proses Produksi

Produksi merupakan konsep arus (flow consept), bahwa kegiatan produksi diukur dari jumlah barang-barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu, sedangkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan tidak berubah
5.1.2 Fungsi Produksi
a. Model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (input) yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan.
b. Fungsi Produksi Total (Total Product): TP
TP ↔ Q = f(L, K); L = tenaga kerja, K = Modal
c. Produksi rata-rata (Average Product): AP
APL = TP/L atau APK = TP/K
d. Produksi Marjinal (Marginal Product): MP
MPL = ∆TP/∆L atau MPK = ∆TP/∆K


Tabel Skedul Fungsi Produksi (Hipotesis)
5.2 Produksi Optimal
Setiap perusahaan mempunyai kebijaksanaan yang berbeda-beda dalam menentukan tingkat persediaan produk jadi. Tujuan adanya persediaan produk jadi adalah untuk meredam fluktuasi permintaan. Persediaan dapat difungsikan untuk memenuhi kekurangan pasokan produk jadi di pasaran sebagai akibat permintaan yang disimpan perusahaan. Oleh karena itu tingkat persediaan produk jadi yang ditetapkan manajemen perusahaan memegang peran yang sangat penting dalam menjaga kestabilan pemasokan produk ke pelanggan (Kusuma, 1999).
Fluktuasi permintaan dapat dipenuhi dengan persediaan barang yang diproduksi pada saat sepi, dan persediaan tersebut digunakan pada saat permintaan ramai. Biaya persediaan mencakup asuransi, beban bunga, kerusakan, serta pajak. Akumulai persediaan dan produksi yang tidak memenuhi permintaan, akan menyebabkan biaya sebagai akibat pembatalan pesanan dan ketidakpuasan pelanggan (Kusuma, 1999).
5.2.1 Tingkat Produksi Optimal
Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan (Yamit, 2002). Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3. Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.
5.2.1.1 Penentuan Volume Produksi yang Optimal dengan Metode Economic Production Quantity
Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar. Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal. Menurut Yamit (2002), permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ). Metode EPQ dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal, dalam artian cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
2. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Menurut Handoko (2002), biaya persiapan produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan sebelum produksi berlangsung. Biaya ini timbul karena perusahaan memproduksi sendiri bahan baku yang akan digunakan. Biaya ini terdiri dari : (1) biaya mesin-mesin menganggur, (2) biaya persiapan tenaga kerja langsung, (3) biaya scheduling, (4) biaya ekspedisi dan sebagainya.
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
a.Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
b.Biaya modal (opportunity cost of capital)
c.Biaya keusangan
d.Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
e.Biaya asuransi persediaan
f.Biaya pajak persediaan
g.Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
h.Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.
Kedua jenis biaya tersebut mempunyai hubungan dengan tingkat persediaan. Biaya persiapan produksi berbanding terbalik dengan tingkat persediaan. Biaya penyimpanan berbanding lurus dengan tingkat persediaan (Siagian, 1997). Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk persiapan produksi, tingkat persediaan semakin kecil dan sebaliknya. Bila biaya penyimpanan semakin besar, tingkat persediaan semakin besar atau sebaliknya.
5.3 Least cost Combination
Seorang produsen rasionil akan berproduksi pada ongkos yang terendah sesuai dengan prinsip ekonomi : penhasilan yang maksimum dengan ongkos minimum.
Kondisi tersebut dapat dicapai dengan dua pendekatan :
a. Kalau dana yang dimiliki oleh produsen terbatas maka ongkos terendah dapat dicapai kalau dengan dana yang tertentu dapat dihasilkan output dengan sebesarbesarnya.
b. Kalau output yang ingin dihasilkan tertentu maka least comb. cost dapat dicapai apabila dana yang diperlukan untuk memroduksi output tersebut adalah serendahrendahnya.
Kombinasi Input Variabel Biaya Terendah (Least Cost Combination)
a. Terjadi pada titik singgung antara kurva isoquant dengan kurva isocost.
b. Secara matematis:
c. Kondisi penggunaan input variabel yang dapat meminimumkan biaya:


Berbagai kombinasi input dengan biaya terendah


Titik-Titik kombinasi input dengan
Biaya terendah (least cost combination)
Dihubungkan diperoleh garis perluasan
Produksi ( production expantion path)



BAB VI & VII
ONGKOS DAN PENERIMAAN
6.1 MACAM-MACAM PENGGOLONGAN BIAYA
A. Penggolongan biaya berdasarkan fungsi perusahaan.
Adapun yang termasuk dalam penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan adalah biaya produksi, biaya administrasi dan biaya penjualan. Biaya produksi terdiri atas :
1. biaya bahan baku
2. biaya tenaga kerja
3. biaya umum dan administrasi
B. Penggolongan biaya berdasarkan hubungan biaya dengan hasil produksi
Hubungan biaya dengan hasil produksi yang bersangkutan dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan proses hasil produksi.
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak berhubungan lansung dengan hasil produksi tertentu, akan tetapi berhubungan dengan prestasi tertentu, misalnya biaya penyusutan, biaya listrik, dsb.
C. Penggolongan biaya berdasarkan sifatnya.
Dalam hal penggolongan biaya berdasarkan sifat biaya dapat digolongkan menjadi
1. biaya pembelian
2. biaya penjualan
3. biaya produksi
4. dan biaya umum.
Dalam hal ini, secara umum biaya berdasarkan sifatnya dikelompokkan menjadi :
1. biaya konstan ( biaya tetap )
biaya tetap adalah biaya yang besarnya relatif tetap, tanpa dipengaruhi oleh volume produksi .misalnya biaya gaji pimpinan, biaya pemeliharaan, dan asuransi.
Adapun sifat-sifat biaya konstan adalah sbb :
1. biaya tetap rata-rata per unit produksi semakin kecil jika volume prestasi semakin besar.
2. biaya besarnya tetap dalam suatu volume prestasi tertentu.
3. biaya dibagikan kepada bagian-bagian dalam perusahaan dengan cara perbandingan pemakaian kapasitas kegiatan produksi.
2. biaya berubah-ubah / variabel ( biaya tidak tetap ).
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan perusahaan, contohnya biaya bahan baku dan upah langsung.
Sifat biaya variabel adalah besarnya biaya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan perusahaan. Perubahan ini dapat terlaksana dengan :
1. proporsional, misalnya biaya perusahaan naik 10% maka biaya variabel juga naik 10% ( sebanding )
2. progresif, misalnya biaya perusahaan naik 10%, sedangkan biaya variabel naik menjadi 12% ( makin besar )
3. regresif, misalnya biaya perusahaan naik 10%, sedangkan biaya variabel hanya naik 8% ( makin kecil )
D. Penggolongan biaya berdasarkan hubungan dengan masa pembukuan
Pengolongan biaya berdasarkan hubungan dengan masa pembukuan adalah sbb :
1. Pengeluaran penghasilan ( revenue expenditur ). Pengeluaran ini dilakukan untuk memperoleh penghasilan dalam masa pembukuan dan dibebankan sebagai biaya.
2. Pengeluaran modal (capital expenditur ), pengeluaran ini tidak seluruhnya dibebankan sebagai biaya dalam masa pembukuan di mana pengeluaran biaya terjadi.
Dari uraian di atas, secara umum pembiayaan dalam proses produksi pada dasarnya ada 2 macam yaitu pembiayaan aktif dan pembiayaan pasif.
Kurva onggkos adalah kurva yang menunjukan hubungan antara jumblah ongkos produksi dengan tingkat output yang dihasilkan.
Ongkos produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna memproduksi output.


Macam-macam ongkos sbb :
1. Total Fixed Cost ( ongkos total tetap ) adalah jumblah ongkos yang tetap yang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi. Contoh penyusutan, sewa, dsb. Biaya total (TFC) tidak tergantung pada kuantitas output (Q) ,sedangkan biaya variabel total bergantung pada kuantitas output.
2. Total Variabel Cost ( ongkos variabel total ) adalah jumblah ongkos-ongkos yang dibayarkan yang besarnya berubah menurut tingkat yang dihasilkan. Contoh ongkos bahan mentah, tenaga kerja dsb.
3. Total Cost ( ongkos total ) adalah penjumblahan antara ongkos total tetap dengan ongkos total variabel. TC = TFC + TVC
4. Averege Fixed Cost ( ongkos tetap rata-rata ) adalah ongkos tetap yang dibebankan untuk setiap unit output.
AFC = TFC Q = tingkat output.
Q
Biaya tetap rata-rata (AFC) menurun secara kontinyu sampai mendekati garis horisontal, karena AFC = TFC/Q
5. Averege Fixed Cost ( ongkos variabel rata-rata ) adalah ongkos variabel yang dibebankan untuk setiap unit output
AVC = TVC
Q
6. Averege Total Cost ( onggkos total rata-rata ) adalah ongkos produksi yang dibebankan untuk setiap unit output.
ATC = TC
C
7. Marjinal Cost ( ongkos marjinal ) adalah tambahan atau berkurangnya ongkos total karena bertambahnya atau berkurangnya satu unit output.
7.2 PENERIMAAN (Revenue)
Didalam memproduksi suatu barang, ada dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu ongkos (cost) dan penerimaan (Revenue).
Ongkos sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka yang dimaksud dengan penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya.
Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau
TR = Q x P
7.3 Jenis-jenis Penerimaan
1) Total penerimaan (Total revenue : TR), yaitu total penerimaan dari hasil penjualan.
Pada pasar persaingan sempurna, TR merupakan garis lurus dari titik origin, karena harga yang terjadi dipasar bagi mereka merupakan suatu yang datum (tidak bisa dipengaruhi), maka penerimaan mereka naik sebanding (Proporsional) dengan jumlah barang yang dijual.
Pada pasar persaingan tidak sempurna, TR merupakan garis melengkung dari titik origin, karena masing perusahaan dapat menentukan sendiri harga barang yang dijualnya, dimana mula-mula TR naik sangat cepat, (akibat pengaruh monopoli) kemudian pada titik tertentu mulai menurun (akibat pengaruh persaingan dan substansi).
2) Penerimaan rata-rata (Avarage Total revenue: AR), yaitu rata-rata penerimaan dari per kesatuan produk yang dijual atau yang dihasilkan, yang diperoleh dengan jalan membagi hasil total penerimaan dengan jumlah satuan barang yang dijual.
3) Penerimaan Marginal (Marginal Revenue : MR), yaitu penambahan penerimaan atas TR sebagai akibat penambahan satu unit output.
Dalam pasar persaingan sempurna MR ini adalah konstan dan sama dengan harga (P), dan berimpit dengan kurva AR atau kurva permintaan, bentuk kurvanya horizontal.
Dalam pasar persaingan tidak sempurna MR, menurun dari kiri atas kekanan bawah dan nilainya dapat berupa :
1. Positif;
2. Sama dengan nol;
3. Negatif.
Bentuk matematis secara sederhana dapat ditulis :

TR = P x Q
P x Q
AR = TR : Q atau = P
Q
dTR
MR = = TRn – TRn-1
dQ

Dalam bentuk tabel dapat diperlihat sebagai contoh berikut :
1. Untuk kasus harga tetap/kurva permintaan mendatar.
Data jumlah Produksi, ongkos dan Penerimaan Produksi.

Q AR = P TR TC AC= TC/Q II MR MC
0 100 0 145 - -145 - -
1 100 100 175 175 -75 100 30
2 100 200 200 100 0 100 25
3 100 300 220 75,3 80 100 20
4 100 400 250 62,5 150 100 30
5 100 500 300 60 200 100 50
6 100 600 370 61,6 230 100 70
7 100 700 460 65,7 240 100 90
8 100 800 570 71,3 230 100 110

Gambar dari tabel diatas dapat digambarkan dengan dua cara :
(1) Marginal analysis dan
(2) Total analysis

7.4 KEUNTUNGAN MAXIMUM
Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan dan biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi biaya produksi, dan kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari biaya produksi.. Keuntungan yang maksimum dicapai apabila perbedaan diantara hasil penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling besar.
a. Pendekatan total (total approach), dicapai jika selisih penjualan total (TR) dg biaya total (TC) memiliki nilai positif terbesar
b. Pendekatan marjinal (marginal approach), dicapai jika MR = MC atau MR – MC menghasilkan angka positif minimum dan MC sedang meningkat

Maksimasi keuntungan dalam kurva (pendekatan total )


Maksimasi keuntungan dalam kurva (pendekatan marjinal)


BAB VIII & IX
STRUKTUR PASAR

9.1 Pengertian Pasar
Pasar seperti telah dijelaskan sepintas pada bab. I, yaitu dapat diartikan sebagai suatu tempat pertemuan antara pihak penjual dengan pihak pembeli dimana terjadi transaksi barang dan jasa.
Bentuk-Bentuk Pasar
Setiap perusahaan selalu berkeinginan untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, jadi tujuan utama bagi setiap perusahaan adalah mendapatkan keuntungan dan bilamana harus merugipun dia harus dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dengan resiko kerugian yang sekecil-kecilnya, kalau memang tidak memungkinkan untuk memperoleh kondisi Break even point.
Untuk maksud tersebut diatas masalah ongkos produksi dan penerimaan/pendapatan sangat menentukan bagi setiap perusahaan dalam membuat kebijaksanaan produksi serta menetapkan harga jual hasil produksi, karena profit diperoleh sebagai hasil pengurangan pendapatan dengan biaya/ongkos produksi, dengan rumusan :
= TR – TC atau = R – C
Berbicara mengenai pendapatan/penerimaan (R) berarti berhadapan dengan beberapa masalah lainnya, yaitu tentang Struktur Pasar, karena pasar dapat memberikan situasi yang berbeda dalam penerimaan perusahaan.
Perbedaan struktur pasar tersebut ditentukan oleh karakteristik pasar itu sendiri, seperti keadaan pembeli dan penjual, keadaan produksi, pengetahuan pembeli dan kemudahan keluar masuk pasar bagi produsen dan konsumen.
Para ahli Ekonomi membedakan empat Model dasar Pasar, yaitu :
1) Pasar persaingan sempurna (Perfect Competition Market). Bentuk dari pasar pada pasar persaingan sempurna ini adalah Pasar persaingan Murni (Pure Perfect Competition).
2) Pasar Persaingan Tidak Sempurna (Imperfect Competition Market). Bentuk pasar persaingan tidak sempurna terbagi tiga, yaitu :
a) Pasar Monopoli murni (Pure monopoly),
b) Monopoli (Monopolistic Competition),
c) Oligipoli / Duopoli (oligipoly).
d) Monopsoni
Karakteristik Pasar
1) Pasar Persaingan Murni (Pure Competition), ciri-ciri :
1. Jumlah pembeli dan penjual sangat banyak di pasar.
2. Masing-masing pembeli dan penjual memiliki informasi yang sempurna tentang harga dan kualitas barang.
3. Produk yang dijual bersifat Homogeneous, artinya sulit membedakan produk yang sama dari berbagai produsen.
4. Pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar.
5. Setiap penjual adalah price taker, artinya penjual tidak dapat/tidak sanggup mempengaruhi harga dipasar, karena merupakan unit terkecil.
2) Pasar Monopoli Murni (Pure Monopoly), dengan ciri-ciri :
1. Dipasar hanya ada satu produsen dan satu industri atau perusahaan yang monopoli yang memiliki pembeli yang sangat banyak.
2. Produsen menjual hasil produksi yang tidak memiliki barang pengganti / substitusi.
3. Produsen diberi perlindungan dan kemudahan keluar masuk pasar.
4. Setiap penjual adalah price seacher, artinya penjual dapat mengontrol/mempengaruhi harga dan menentukan tingkat harga yang menguntungkan bagi dia.
3) Monopolisitic Competition, dengan ciri-cirinya :
1. Ada beberapa penjual di pasar.
2. Para penjual menjual hasil produksi yang berbeda.
3. Bebas dan mudah keluar masuk pasar bagi perusahaan baru.
4. Penjual memiliki tingkat pengontrolan yang terbatas terhadap harga, tetapi masih tetap merupakan price seacher.


4) Oligopoli.
1. Terdapat sedikit penjual dan banyak pembeli.
2. Produsen/penjual mungkin memproduksi barang yang sejenis atau berbeda-beda.
3. Cukup memiliki kebebesan keluar masuk pasar.
4. Penjual adalah price seacher.


soal latihan Bab 5









Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar.


















1. Produksi merupakan konsep arus (flow consept), bahwa kegiatan produksi diukur dari jumlah

 barang-barang atau jasa yang dihasilkan  dalam …






a. suatu periode waktu tertentu

d. suatu perbandingan


b. suatu sistem



e. suato proses


c. suatu kesatuan 





















2. Fungsi Produksi Total (Total Product): TP







a. TP ↔ Q = f(L, K)









b. APL = TP/L 









c. APK = TP/K 









d. MPL = ∆TP/∆L 









e. MPK = ∆TP/∆K 





















3. Produksi rata-rata (Average Product): AP







a. TP ↔ Q = f(L, K)









b. APK = TP/K 









c. MPL = ∆TP/∆L 









d. MPK = ∆TP/∆K 









e. Semua salah





















4. Produksi Marjinal (Marginal Product): MP







a. TP ↔ Q = f(L, K)









b. APK = TP/K 









c. MPL = ∆TP/∆L 









d. A dan B benar









e. Semua salah





















5. Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi

 tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan…






a. dari keseluruhan kegiatan perekonomian.






b. Total biaya persediaan








c. satu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis keseluruhan kegiatan perekonomian.

d. satu bidang Ilmu yang mempelajari kegiatan-kegiatan ekonomi secara menyeluruh.

e. Satu bidang ekonomi yang menghasilkan pemahaman ekonomi secara menyeluruh.













6. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi

 yang   disebut









a. Masalah Produksi









b. Masalah sosial









c. persiapan produksi









d. masalah biaya









e. persiapan proses





















7. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut

a. biaya ekonomi pasar


d. biaya penyimpanan 

b. biaya ekonomi informasi


e. biaya ekonomi komando

c. biaya ekonomi campuran



























































8. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya, kecuali…


a. Biaya keusangan



d. Biaya pajak persediaan

b. Biaya asuransi persediaan


e. Biaya tak terduga


c. Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan


















9. Yang termasuk masalah pokok ekonomi dalam aliran modern...



a. Bagaimana cara memulai.


d. A dan b Benar.


b. bagaimana memasarkannya.


e.  Semua benar


c. Bagaimana cara memproduksi.



















10. Teori ekonomi dibagi dalam berapa macam…






a. 4




d. 5



b. 2




e. 8



c. 3











1 a
2 a
3 b
4 c
5 b
6 c
7 d
8 e
9 b
10 b


 
soal latihan








Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar.
















1. Biaya produksi terdiri atas, kecuali…






a. biaya bahan baku



d. A dan b 


b. biaya tenaga kerja


e. biaya perawatan

c. biaya umum dan administrasi

















2. Hubungan biaya dengan hasil produksi yang bersangkutan dibagi menjadi

a. 1




d. 4


b. 2




e. 5


c. 3




















3. biaya yang berhubungan langsung dengan proses hasil produksi, adalah..

a. Biaya langsung



d. biaya bahan baku

b. biaya transportasi



e. biaya umum dan administrasi

c. biaya tenaga kerja



















4. Dalam hal penggolongan biaya berdasarkan sifat biaya dapat digolongkan menjadi

a. 1




d. 4


b. 2




e. 5


c. 3




















5. yang bukan termasuk dalam hal penggolongan biaya berdasarkan sifat biaya adalah…

a. biaya pembelian 



d. biaya tak terduga

b. biaya produksi



e. biaya umum

c. biaya penjualan



















6. secara umum  biaya berdasarkan sifatnya dikelompokkan menjadi :

a. 1




d. 4


b. 2




e. 5


c. 3




















7. Pengolongan biaya berdasarkan hubungan dengan masa pembukuan dibagi menjadi…

a. 5




d. 2


b. 4




e. 1


c. 3




















8. semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna 

memproduksi output, adalah…







a. Ongkos produksi



d. onkos penyempurnaan

b. Ongkos makan



e. Ongkos penjualan

c. Ongkos konsumen



















9. Macam-macam ongkos dibagi menjadi….






a. 1









b. 2









c. 3









d. 4









e.  5






























































10. jenis-jenis penerimaan dibagi menjadi….






a. 1









b. 2









c. 3









d. 4









e. 5









 
1 e
2 b
3 a
4 d
5 d
6 b
7 d
8 a
9 d
10 c